bantengmerah

Awal tahun 2023 harus dijalani dengan suasana berbeda oleh Juventus sejak sang pemimpin, Andrea Agnelli melakukan pengunduran diri. Sejak penghujung tahun 2022 lalu, segenap personel, pengurus, dan pendukung klub tengah merasakan kesedihan mendalam.

Agnelli memang telah meninggalkan posisi itu sejak akhir November lalu. Namun, sosoknya tetap tak tergantikan. Visi dan misinya tak pernah luntur meski ia tak lagi jadi bagian didalamnya.

Salah satu wujud tingginya rasa keperduliannya pada sepak bola Eropa ialah obsesinya terhadap liga Super Eropa. Sejak awal naik tahta, pria berusia 47 tahun itu lantang menyuarakan mengenai perlunya menyelenggarakan ajang tersebut di luar turnamen UEFA.

Baginya, pengadaan turnamen Super Eropa merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kualitas olahraga tersebut di kawasan itu.

jpdewa

Baca juga “AC Milah Ikhlaskan Muani Karena Tak Mau Membayar Mahal”

Liga Super Eropa Dalam Pandangan Agnelli

Sebagai orang nomor satu di Juventus, Agnelli punya reputasi dan pengaruh besar di bidang sepak bola. Ia memanfaatkan kedua hal tersebut untuk menyebarluaskan gagasan pentingnya mengadakan turnamen Super Eropa.

Meski turnamen Liga Super Eropa atau ESL belum juga terselenggara, namun ia telah melakukan berbagai langkah untuk mewujudkan impiannya selama memimpin Bianconeri.

Upaya besar yang dibuat oleh Agnelli untuk mendirikan ESL adalah membentuk organisasi mandiri untuk liga itu. Pada tahun 2021 lalu, pria berusia 47 tahun itu menjadi salah satu figur utama dalam upaya pemisahan UEFA dan ESL.

Upayanya tersebut sempat sempat membuahkan hasil pada April 2021, kabarnya ESL akan segera terwujud dengan jumlah kontributor sebanyak 19 tim.

Namun, selang beberapa hari kemudian, rencana itu harus mengalami pembatalan akibat gelombang protes dari penggemar permainan bola. Tak cuma itu, intervensi juga datang dari organisasi berwenang sehingga rencananya gagal total.

Meski gagasannya tak kunjung terealisasi dan jabatan eksklusif di Juventus telah ia tinggalkan, namun ide Agnelli belum juga padam. Dalam pandangan pria asal Italia tersebut, ESL sangat penting demi perbaikan di Eropa.

“Kami telah mengajukan proposal ESL yang bertujuan untuk menciptakan wadah yang stabil bagi sepak bola Eropa. Kami ingin menjaga harmoni di level kompetisi Eropa dan domestik.” ungkapnya dalam pidato perpisahannya pada 18/1/2023.

Kenangan Dari Agnelli

Pidato perpisahan tersebut bukan hanya menandai kiprahnya di Juventus. Namun juga mengkonfirmasi bila perjuangannya masih akan terus berlanjut.

Bagaimanapun juga, ESL adalah salah satu impian terbesar Agnelli. Hal juga jadi salah satu kenangan besar darinya bagi peradaban sepak bola Eropa selama memimpin. Pada tanggal 18/2023, jabatan sebagai presiden Bianconeri telah ia serahkan kepada Gianluca Ferrero.

Selama 12 tahun memimpin Juventus, kenangan dari seorang Agnelli tak sebatas ESL. Yang tak kalah penting adalah sifatnya yang berorientasi pada tindakan revolusioner. Berbagai pembaruan terjadi di tubuh klub selama dia memangku jabatan sebagai presiden klub.

Beberapa peninggalan terbaik Agnelli diantaranya, klub Juventus Women, wadah pengembangan sepak bola melalui Juventus Next Gen, hingga inisiasi pembangunan sejumlah infrastruktur untuk permainan bola.

Agnelli memang sosok leader idealis. Dedikasinya selama lebih dari dua periode berhasil mentransformasi Juve dari segala sisi.

Sentuhannya membuat klub itu berkembang pesat. Juve juga punya banyak perbedaan unik jika dibandingkan dengan klub-klub lain di daratan Italia dan Eropa.

klik4a