bantengmerah

Pemain Piala Dunia Terbully, FIFA akan Blokir Sampai dengan ke Jalur Hukum! Sudah menjadi tradisi umum bagi masyarakat Indonesia untuk saling “menyerang” klub maupun pemain sepak bola yang menjadi lawan dari klub favoritnya. Tidak jarang kita jumpai debat sengit antar supporter seperti bully terhadap fans MU saat kalah 4-0 melawan Liverpool pada April 2022 lalu.

Pemain Piala Dunia Terbully, FIFA akan Blokir Sampai dengan ke Jalur Hukum!

Tidak hanya berakhir di tingkat supporter, Cyber-Bully atau ujaran kebencian ini juga menyasar pemain, coach, tim serta official pertandingan. Berdasarkan laporan independen yang dibuat oleh FIFA dengan melacak lebih dari 400.000 postingan di sosial media selama EUFA EURO 2020 dan CAF Africa Cup of Nations 2021, menemukan bahwa lebih dari 50% pemain menerima diskriminasi. Diskriminasi tersebut didominasi oleh Homophobia sebesar 40% dan 38% Rasisme yang ditujukan secara langsung pada pemain.

Serangan Cyber-Bully ini dinilai dapat mempengaruhi psikologi pemain, coach maupun official pertandingan yang dapat mempengaruhi performa serta jalannya pertandingan. Menurut presiden FIFPRO “Serangan Online merupakan masalah sosial dan industri yang tidak bisa kita terima dimana bentuk baru pelecehan ini mempengaruhi banyak orang termasuk pemain kami.”

Dengan Piala Dunia Qatar 2022 yang semakin dekat, FIFA bekerjasama dengan FIFPRO, organisasi representatif pemain sepak bola professional internasional, mengkoordinasikan serta merencanakan perlindungan terhadap tim, pemain, official sampai dengan supporter dari serangan cyber-bully.

Peraturan Ini Dibuat Untuk Seluruh Pemain

jpdewa

FIFA dan FIFPRO nantinya akan meluncurkan sebuah AI yang didedikasikan untuk melindungi pemain pria dan wanita peserta Piala Dunia Qatar 2022. AI ini nantinya akan melakukan scanning terhadap postingan sosial media yang terindikasi menyerang.
“Kewajiban kami adalah melindungi sepak bola dan memulainya dari pemain dimana mereka membawa kesenangan serta kebahagiaan untuk kita semua melalui permainan mereka di lapangan. Namun sangat disayangkan saat ini berkembang sebuah trend dimana persentase postingan di sosial media yang mengarah ke pemain, coach, official pertandingan dan tim itu sendiri tidak dapat diterima, dan bentuk diskriminasi ini – sama seperti bentuk diskriminasi lainnya, tidak diterima di sepak bola.” Tutur Presiden FIFA Gianni Infantino.

AI ini nantinya akan membatasi ujaran kebencian tersebut untuk sampai pada penerima dan followernya. FIFA beserta FIFPRO berharap dengan adanya AI ini, pemain, coach, official pertandingan dan juga tim dapat bermain secara maksimal tanpa ada serangan mental melalui cycber-bully.

Dari laporan tersebut, FIFA juga menekankan bahwa 90% akun yang telah mempublikasikan ujaran kebencian memiliki kemungkinan indentifikasi yang tinggi. Secara tidak langsung laporan ini juga dapat diartikan sebagai ancaman dimana pelaku ujaran kebencian terhadap pemain, coach, official dan tim, dapat dilacak dan dapat diambil tindakan hukum lebih lanjut.

Presiden FIFA Gianni Infatino menambahkan: “Dengan FIFA Piala Dunia Qatar 2022 dan FIFA World Cup Austalia dan New Zealand 2023 yang semakin dekat, FIFA dan juga FIFPRO menyadari pentingnya membuat gerakan dan menentukan apa yang perlu dimonitor dalam sosial media dengan apa yang sudah dimonitori dalam stadium. Kami ingin aksi kami berteriak lebih keras dibandingkan hanya sebatas kata-kata yang oleh sebab itu kami mengambil tindakan secara langsung untuk menyelesaikan masalah.”

Melalui kerjasama ini FIFA dan FIFPRO juga akan membuat pengembangan edukasi pendukung yang meliputi praktek terbaik untuk management akun sosial media, saran seputar kesehatan mental untuk para peserta pada turnamen FIFA selama 2022 dan 2023. Selain itu FIFA dan FIFPRO akan menerapkan layanan moderasi terhadap lokasi tempat kompetisi Piala Dunia berlangsung.

Nah, apa kamu masih berani untuk membully pemain sepak bola atau fans klub lawan?

klik4a