bantengmerah

Dalam setiap kompetisi Piala Dunia, partai final tentu sangat dinantikan oleh para pemain maupun para penonton. Namun, ada sisi menarik dalam gelaran Piala Dunia selain laga final, yakni ada pertandingan memperebutkan peringkat ketiga.

Melihat dari sejarahnya, Piala Dunia memang menyelenggarakan laga buat tim yang gagal melaju ke partai final untuk membuktikan kembali kemampuannya. Tapi, dalam perjalanannya, ternyata laga perebutan peringkat ketiga juga menuai kritik. Lantas, apa pentingnya laga perebutan peringkat ketiga Piala Dunia tersebut?

Sebab Diadakan Laga Perebutan Peringkat Ketiga

Alasan paling utama FIFA mengadakan laga perebutan peringkat ketiga di turnamen Piala Dunia adalah pemasukan atau uang. Namun, sebelum jauh membahas tentang itu, ada banyak faktor lain. Laga perebutan peringkat ketiga diadakan sembari menanti partai final agar penonton tetap merasakan atmosfer Piala Dunia.

Sebenarnya hal itu mungkin tidak terlalu masuk akal. Tapi, laga perebutan peringkat ketiga juga bisa menjadi ajang pembuktian bagi pemain yang sedikit mendapatkan menit bermain. Selain itu, laga perebutan peringkat ketiga bisa jadi ajang perpisahan para senior di tim yang bakal pensiun. Seperti contoh pada Piala Dunia 2006 yang mana Olivier Kahn memutuskan pensiun dari Timnas Jerman usai laga melawan Portugal.

jpdewa

Terakhir, pembuktian sebagai tim kejutan terbaik dapat dilakukan di laga perebutan peringkat ketiga. Seperti yang dilakukan Bulgaria kala mengalahkan Swedia di Piala Dunia 1994, Kroasia di Piala Dunia 1998, atau Turki di Piala Dunia 2002.

Baca juga : Rentetan Kegagalan Brasil di Fase Gugur Lima Edisi Piala Dunia

Bagi pemain, masih terbuka kesempatan untuk mengejar gelar top skor. Seperti yang diraih Schillaci di Piala Dunia 1990. Kala itu, Italia menang melawan Inggris di perebutan peringkat ketiga. Adapun Schillaci mendapat penghargaan “Sepatu Emas” karena tambahan pundi-pundi golnya di laga itu.

Selanjutnya ada nama penyerang legendaris Kroasia, Davor Suker di Piala Dunia 1998. Suker berhasil melesatkan gol tambahan ketika melawan Belanda di laga perebutan peringkat ketiga yang akhirnya menobatkan dirinya sebagai top skor.

Hal serupa juga terjadi pada Klose di Piala Dunia 2006 dan Harry Kane di Piala Dunia 2018. Paling menarik ketika Piala Dunia 2010, laga perebutan peringkat ketiga mempertemukan Jerman dan Uruguay yang mana Muller dan Forlan sama-sama memanfaatkan laga tersebut untuk menambah catatan gol. Namun, mereka sama-sama mencetak gol di laga tersebut yang membuat keduanya meraih penghargaan.

Telah Diselenggarakan Sejak Piala Dunia Edisi Kedua Tahun 1934

Perdebatan tentang pentingnya laga peringkat ketiga sejatinya sudah dimulai pada Piala Dunia edisi kedua tahun 1934 di Italia. Kala itu Jerman menang atas Austria dengan skor 3-2 Dalam perjalanannya, laga itu banyak menuai pro dan kontra. Apalagi mengingat, pemenang peringkat ketiga jarang diingat, melainkan hanya partai final dan sang juara yang kerap diingat orang. Akan tetapi, FIFA kekeuh tetap menyelenggarakan laga perebutan peringkat ketiga.

Sebab dibalik semua alasan diselenggarakan laga perebutan peringkat ketiga adalah pemasukan bagi FIFA. Suntikan dana yang diterima FIFA dari hak siar dan sponsor sangatlah besar. Uang dan pemasukan dari tiket penonton juga sangat besar. Pun dengan federasi dari masing-masing negara yang bersaing diimingimingi tambahan dana segar.

Seperti diketahui, dalam perebutan peringkat ketiga Piala Dunia 2022, juara ketiga berhak mendapatkan 27 juta Dolar atau setara 402 miliar Rupiah. Sedangkan yang kalah akan mendapat 25 juta Dolar atau 389 miliar Rupiah.

klik4a